Banyak orang menyangka bahwa
kelinci adalah binatang “impor”. Anggapan itu tidak sepenuhnya salah karena
memang kelinci yang biasa kita pelihara pada umumnya berasal dar Inggris,
Belanda, Jerman dan berbagai negara Eropa lainnya.
Tapi ternyata, Indonesia
mempunyai spesies kelinci asli Indonesia yang belum banyak dikenal, bahkan oleh
orang Indonesia sendiri. Spesies kelinci
ini bernama Kelinci Sumatera telinga pendek atau Kelinci Belang Sumatera.
Spesies kelinci ini merupakan jenis kelinci liar yang hanya dapat ditemukan di
hutan tropis di pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatra, Indonesia.
Jika pada umumnya seekor kelinci identik dengan telinganya yang panjang, maka spesies kelinci Sumater yang mempunyai nama latin nesolagus netscehri ini mempunyai keunikan tersendiri berupa ukuran telinganya yang pendek. Ukuran tubuhnya pun juga kecil, yakni berkisar hanya sekitar 40 cm dan berat sekitar 1,5 kg.
Kelinci Sumatera mempunyai ciri khusus berupa warna coklat dengan belang hitam membujur lurus di bagian punggungnya. Sedangkan pada bagian perutnya berwarna putih serta ekornya berwarna merah. Di sekitar mata dan sisi kepala di bagian belakang mata hingga pangkal telinga berwarna hitam.
Kelinci Sumatera merupakan binatang nokturnal yang beraktivitas di malam hari. Mereka biasa bersembunyi di dalam lubang atau liang bekas binatang lain. Seperti kelinci lainnya, kelinci liar ini merupakan binatang herbivora yang menyukai pucuk daun muda dan tangkai tanaman yang rendah.
Kelinci ini biasa hidup pada tempat yang sangat terisolasi, hanya terdapat di hutan-hutan Bukit Barisan, Sumatera. Habitatnya adalah hutan-hutan tropis di beberapa gunung di pulau Sumatera seperti Gunung Kerinci, Gunung Barisan, dan Gunung Leuser. Binatang ini mendiami kawasan pada ketinggian antara 600-1600 meter di atas permukaan laut.
Hewan ini termasuk satwa langka dan dilindungi. Populasi kelinci Sumatera ini juga sangat sedikit. Ancaman terhadap mereka berasal dari rusaknya hutan akibat kebakaran hutan dan perubahan fungsi hutan sebagai habitat alami yang dibuka menjadi lahan pertanian, terutama teh, kopi dan kakao.
Bahkan terdapat aktivitas perburuan terhadap satwa ini, terbukti dengan adanya beberapa foto jebakan menangkap kelinci sumatera di hutan Bukit Barisan. Menipisnya jumlah mereka akibat perburuan hewan ini untuk diambil dagingnya yang lezat. Padahal jika dipelihara mungkin hewan ini juga bisa akan berkembang seperti halnya kelinci peliharaan yang orang sering pelihara. Hal ini juga bisa menambah populasi kelinci sumatera dan menyelamatkan mereka dari kepunahan.
Referensi: kumpulberita dan wikipedia
Post a Comment